Ngenteg Linggih Pura Sanatagama UGM
Universitas Gadjah Mada (UGM) kini telah melengkapi lingkungan kampusnya dengan rumah ibadah dari enam agama. Selain Masjid Kampus dan Mardliyyah Islamic Center yang sudah ada sebelumnya, Rektor UGM baru-baru ini meresmikan kompleks fasilitas kerohanian. Kompleks ini mencakup dua bangunan gereja, satu untuk kegiatan agama Katolik dan yang lainnya untuk Kristen Protestan, serta sebuah wihara untuk umat Buddha, kelenteng untuk penganut Konghucu, dan pura untuk pemeluk agama Hindu.
Fasilitas ini dirancang untuk menyediakan tempat bagi kegiatan kerohanian bagi semua anggota komunitas UGM, termasuk dosen, staf, dan mahasiswa. Peresmian kompleks ini dilakukan oleh Rektor dan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM pada hari Selasa, 19 Desember, bertepatan dengan peringatan Dies Natalis ke-74 UGM.
Tempat ibadah Hindu dikenal dengan nama Pura. Setelah pembangunan tempat suci Pura selesai, dilaksanakan serangkaian upacara yang disebut Ngenteg Linggih. Ngenteg Linggih memiliki arti dasar dari dua kata (bahasa Bali), yaitu ‘nteg’ yang berarti tenang, dan ‘linggih’ yang berarti duduk. Istilah “duduk dalam ketenangan” menggambarkan konsep dasar Ngenteg Linggih, yang mengacu pada Sang Hyang Widhi Wasa dalam segala manifestasinya (Ista Dewata) yang disembah atau diletakkan di tempat suci tersebut. Dengan demikian, Ngenteg Linggih adalah prosesi upacara untuk menghormati Tuhan beserta manifestasinya di tempat suci tersebut. Melalui prosesi Ngenteg Linggih, salah satu kesalahpahaman yang sering dialamatkan kepada masyarakat Hindu bisa dijelaskan, yaitu pandangan bahwa umat Hindu menyembah berhala atau patung. Sebenarnya, bangunan pura atau palinggih adalah simbol tempat kediaman Sang Hyang Widhi Wasa. Seorang tokoh Hindu pernah menjelaskan, “Karena Sang Hyang Widhi Wasa begitu jauh dan luar biasa, kita tidak mampu memahaminya secara langsung. Oleh karena itu, kita menyederhanakan konsep tersebut dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh manusia. Dengan demikian, kita dapat berkonsentrasi dan mengarahkan pengetahuan kita pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.”
Pada tanggal 22 & 23 April 2024 telah diadakan upacara Ngenteg Linggih di Pura Sanatagama yang terletak di kompleks fasilitas kerohanian UGM ini. Ketua Umum GSN yaitu Ida Shri Bhagawan Dalem Acarya Maha Kerti Wira Jagad Manik (Prof Dr.dr. Nyoman Kertia, SpPD-KR) termasuk salah satu dari tiga Sulinggih yang memuput (memimpin) upacara ini. Dan juga tidak ketinggalan Sekretaris Umum Dr. I Gede Adiputra,MM. turut memeriahkan dengan membawakan Topeng Sidakarya.
Semoga dengan adanya fasilitas kerohanian ini bisa semakin terwujud generasi toleran dan berbudaya untuk mewujudkan perdamaian dunia.