Dialog Gita Santih Nusantara: Tegaknya NKRI Karena Landasan Toleransi dan Kedamaian

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahyanto: Toleransi adalah Perekat Kesatuan Bangsa

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahyanto menandaskan bahwa toleransi merupakan buah sikap saling menghormati di atas perbedaan yang ada. Berkat persatuan dan kesatuan yang dilandasi nilai toleransi dan kedamaian, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap tegak selama 76 tahun hingga sekarang.

Hal itu disampaikan Panglima TNI dalam amanatnya pada dialog kebangsaan dan doa untuk bangsa, pahlawan, serta tenaga kesehatan yang diselenggarakan secara virtual oleh Gita Santih Nusantara di Jakarta, Sabtu (14/8/2021) malam.

Acara tersebut digelar dalam rangka menyambut 76 tahun Indonesia Merdeka sekaligus sebagai bentuk doa bersama untuk bangsa, para pahlawan, dan tenaga kesehatan Indonesia. Tidak kurang dari 360 anggota Gita Santih Nusantara se-Indonesia serta beberapa orang dari mancanegara mengikuti acara tersebut.

Panglima TNI memberikan contoh kehidupan yang toleran di Pulau Yapen, Papua. Seorang guru Muslim bernama Agus Rangkuti, alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mengajar di Yapen. Ia melaksanakan ibadah sebagai seorang Muslim dengan damai di rumah induk semangnya, keluarga Protestan yang taat.

“Memang toleransi adalah buah saling menghormati di tengah perbedaan. Toleransi adalah perekat kesatuan dan persatuan bangsa,” tandas Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahyanto.

Menurutnya, ajaran toleransi dalam Islam juga tertulis dalam Al-Qur’an Surat Al-Kafirun: “Lakum dinukum waliyadin” (Bagiku agamaku, bagimu agamamu).

Karena itu, Panglima optimis bahwa ke depan, kekayaan alam Indonesia dengan ribuan pulau, ratusan juta penduduk, aneka suku, budaya, bahasa daerah, dan agama dapat memakmurkan bangsa. Hal ini bisa dicapai sepanjang kesatuan dan persatuan dengan toleransi dan kedamaian dilakukan sejalan dengan nilai luhur Pancasila.

“Kemerdekaan ini adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa,” tandasnya.

Hadir saat itu Koordinator Staf Khusus Presiden RI, AAGN Ari Dwipayana, sebagai pembina dan Bhawati Nyoman Kertia selaku Ketua Gita Santih Nusantara (GSN).

Ari Dwipayana, dalam pesan kuncinya, juga optimis bahwa bangsa Indonesia mampu mengatasi krisis akibat pandemi saat ini.

“Jiwa patriotisme dan semangat kebersamaan bahu-membahu terlihat makin menguat di saat bangsa ini menghadapi tantangan pandemi Covid-19. Dengan semangat dan persatuan inilah maka kapal besar Indonesia akan kuat melaju di tengah badai,” ujarnya.

Ketua GSN, Bhawati Nyoman Kertia, dalam laporannya menjelaskan bahwa dialog dan doa kebangsaan ini bertujuan mendorong generasi muda untuk memandang kemerdekaan Indonesia sebagai hasil perjuangan para pahlawan.

Namun, guru besar Fakultas Kedokteran UGM ini mengharapkan agar semua itu disampaikan dengan narasi aktif, proaktif, dan interaktif sehingga kemerdekaan ini memiliki gairah untuk menggerakkan dan memajukan.

“Setiap orang merdeka hendaknya terus-menerus meningkatkan kemampuan dan kecerdasannya, mempertajam hati nuraninya, dan sekaligus memperkuat tali silaturahim dengan sesama komponen bangsa,” tandasnya.

Sementara itu, Sekretaris GSN, Gede Adiputra, yang dihubungi secara terpisah pada Minggu (15/8) malam, menjelaskan bahwa menurut catatan, acara tersebut diikuti secara virtual oleh 367 anggota Gita Santih Nusantara dari seluruh Indonesia dan mancanegara, antara lain dari Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.

Bertindak sebagai narasumber dalam acara tersebut adalah Prof. Dr. Syafiq Mughni (Ketua PP Muhammadiyah), Romo Heri Wibowo, Pr (dari Wali Gereja Indonesia), dan Bhante Santacitto, Ph.D. (dari Sangha Theravada Indonesia).

Dalam kesempatan itu, dipanjatkan doa untuk bangsa, para pahlawan, dan tenaga kesehatan oleh enam tokoh agama, yaitu Hindu, Islam, Buddha, Kristen Protestan, Katolik, dan Khonghucu.

(PRI)

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *